Senin, 20 Desember 2021

Memulai

Cobalah Untuk Memulai

     Aku ingin menulis seluruh kisah perjalananku. Langkah demi langkahnya. Namun sangat sulit bagiku untuk melakukannya. Meski beberapa buku pejalan telah kubaca, seperti dwilogi sepasang yang melawan karya Jazuli Imam dan beberapa buku karya Febrialdi R @edelweisbasah (Bara, Gitanjali dan Proelium), namun tetap saja sulit kulakukan. Mungkin karena kosa kataku yang masih terbatas atau sikapku yang sering menunda untuk menuangkan dalam bentuk tulisan sehingga keburu terlupakan.

    Jika teman-teman merasa senang dengan kegiatan alam bebas, cobalah baca buku-buku yang kusebutkan di atas. Buku-buku itu akan membawa anda menyelami realitas kehidupan. Meski banyak kemiripan dalam alur ceritanya, namun saya yakin teman-teman tidak akan merasa bosan untuk membacanya berulang kali. Buku-buku itu akan membuat anda terlalu ge-er, seolah-olah anda lah tokoh utama dalam buku itu. Tentu, disitulah keberhasilan seorang penulis.

    Meski buku-buku di atas hanyalah sebuah novel fiksi, namun anda akan mencari dan ingin berkunjung kebeberapa tempat yang disebutkan dalam buku tersebut.  Misalanya Djelajah Coffe dan Sagara Anak dalam dwilogi sepasang yang melawan karya Jazuli Imam. Djelajah yang menawarkan konsep kopi, buku dan cinta akan menjadi tempat yang selalu dirindukan. Sama halnya dengan sagara anak di gunung rinjani. Meski fiksi, akan tetapi tempat tersebut ada dalam dunia nyata.  Djelajah terletak di sudut kota Jogja. Namun sayang, Djelajah telah tutup beberapa bulan yang lalu.

    Seperti yang saya sebutkan di atas, akan ada tempat yang akan anda rindukan. Termasuk saya, Puncak Dewi Anjani menjadi tempat yang kuimpikan hingga hari ini. Do’akan saja, semoga segera diberi kesempatan untuk kesana. Ia adalah hutang yang harus dituntaskan!

 



Lamangkia: Dulu Dibanggakan, Sekarang Terlupakan!

 

LAMANGKIA : DULU DIBANGGAKAN, SEKARANG TERLUPAKAN!




              Ada yang tahu Pantai Lamangkia? Atau sudah pernah berkunjung kesana? Generasi yang lahir ditahun 90-an hingga awal 2000-an pasti tidak asing dengan tempat tersebut. Salah satu icon kebanggaan Kabupaten Takalar pada masanya. Pantai lamangkia terletak di Desa Topejawa Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar, berjarak sekitar 10 KM dari pusat Kabupaten Takalar dan dapat ditempuh sekitar 20 menit menggunakan sepeda motor.

              Pantai Lamangkia dulu ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara, sebelum abrasi melanda pantai ini sekitar tahun 2012 (Sumber: TribunTakalar.Com). Banyaknya sampah kiriman dari aliran sungai pappa pasca musim hujan, merupakan salah satu faktor mengapa pantai ini kehilangan citranya.  Bukan hanya itu, tanggul (karung) pemecah ombak yang disusun sepanjang pantai lamangkia untuk mencegah terjadinya abrasi, konon katanya anggaran proyek tersebut diduga dikorupsi (Koran Tempo-Kamis, 06 Januari 2010) dan  telah menelan beberapa korban. Pengunjung yang berenang di pantai sering tertusuk duri ikan sembilang atau orang-orang sekitar menyebutnya samelang yang bermukim di sekitar tanggul tersebut.

              Sekarang pantai lamangkia tidak terurus lagi, beberapa fasilitas yang ada sudah rata dengan tanah. Pasirnya yang halus kini bercampur dengan serbuk kayu, pemerintah hampir tak peduli dengan hal tersebut. Beberapa kegiatan aksi bersih telah dilakukan, bahkan pemuda sekitar mulai rutin membersihkan, dengan impian dan harapan Lamangkia kembali seperti dulu lagi. Aamiin.


              Dibulan Juli, Lamangkia akan menampakkan keelokannya, air laut seakan terbelah menjadi dua bagian, sehingga kita bisa berjalan kurang lebih 200 Meter ke tengah laut. Dan senja yang berlinang jingga dengan jelas nampak menuju peraduannya. 

              Perlahan namun pasti, ketika kita berusaha dan konsisten maka harapan-harapan itu bukan hanya sekedar angan belaka, melainkan menjadi nyata dan kemenangan bersama. Tapi tak bisa juga kita mengelak bahwa perlu adanya support dari pemerintah sebagai pemangku kebijakan. Mungkin pemerintah telah lupa, kalau pantai ini juga pernah menyumbang anggaran untuk daerah.

              Jika pemuda dan masyarakat bersinergi, sementara yang berwenang hanya diam dan menggugurkan tanggungjawab semata. Maka, bukan hanya sampah berserakan di pesisir pantai yang kita bersihkan. Akan tetapi, sampah-sampah berdasi juga perlu kita lenyapkan.